Mengapa Juni? | 2nd Episode
Mengapa Juni?
| 2nd
Musim panas hari ini berbeda, gelap. Hujan terus turun sejak fajar pun
belum sempat hadir, ia harus berbagi hari dengan mendung kali ini. Rena hanya
duduk di ujung sofa menanti matahari mengalahkan si gelap. Hari-harinya terasa
aneh sejak juni datang, tak ada yang berubah hanya terasa sedikit- kurang.
------------------------------
--Siapa yang menjatuhkannya? Apa aku harus mengeceknya? Tak ada
nama, hanya karikatur kecil wajah wanita. “ Aku? Apa ini aku? Untuk ku? Dari
siapa? “ pikir Rena, matanya terus menyisir mencari ‘pemilik’nya.
Rena membawa bunga itu
masuk, tidak baik jika ia terus berada di luar dengan suhu sedingin ini. Bunga
itu akan menemani sarapan Rena pagi ini, tanpa mengalihkan pandangan pikirannya
Rena terus melayang. “ Apa seseorang sengaja memberi bunga untukku? Siapa?
Bagaimana dia tau rumahku? “ hingga sarapan yang dibuatnya habis, Rena hanya
memikirkan si pemilik bunga itu. “ Ahh biarlah. “ Rena menyerah.
Siang itu Rena mencoba
keluar untuk membeli bahan makanan, udara terasa lebih hangat dibandingkan pagi
tadi. Gadis berusia 19 tahun itu hobi memasak sejak dulu, tapi disaat dirinya
sendiri. Entahlah, jika ada orang lain ada di sekitarnya ia hanya tak bisa
melakukan apapun termasuk memasak. Saat ia pindah untuk tinggal sendiri,
semuanya lebih mudah baginya. Dua kantong besar berisi penuh sayur dan buah
segar memenuhi kedua tangannya. Zia besok akan datang, dia ingin sahabatnya itu
memakan banyak sayur dan buah. Zia hanya menyukai ayam dan telur dan Rena bosan
melihatnya.
Belum sempat membereskan
belanjaannya, bel rumah kembali berbunyi. “ Siapa lagi? Pemilik bunga kah? “,
dengan masih menggunakan sweater tebal Rena berlari ke depan. “ Ah bukan. “ Zia
ternyata datang lebih cepat dari janjinya untuk menginap besok, “ Kenapa? “
Rena bertanya dengan nada heran. Zia hanya melengos masuk, “ Aku di anggap apa?
Hey! “. Rena hanya bisa mengikutinya. Malam itu mereka lewati dengan banyak
hal, dari cerita tentang bunga pagi tadi hingga mengapa Zia datang hari ini.
Bunga yang sudah ia susun di vas bunga itu menggantikan bunga lily yang telah
layu. Kebetulan sekali, pikir Rena.
Zia tertidur pulas
setelah menyelesaikan tugas kuliahnya dan Rena sekarang mulai melamun lagi.
Hobi baru Rena hari ini, dimulai ketika bunga itu datang. Entah untuknya atau
bukan, biarkan ia menganggapnya seperti itu. Segelas coklat panas yang
menghangatkan Rena malam ini mencoba menghadirkan kantuk untuknya. Terlalu
larut untuknya tetap terjaga, ia harus berkumpul dengan teman satu jurusannya
besok dan seharusnya ia tidak boleh terlambat.
Rena berkuliah di
kampus nasional bergengsi, jurusan yang ia tempuh pun lumayan rumit. Ilmu Perpustakaan
dan Informasi, terdengar canggungkan? Kecintaannya dengan buku membuat dirinya
ingin menjadi seorang yang selalu dikelilingi buku-buku. Membuat dirinya
terlihat lebih pendiam.
Coklat itu berhasil, Rena kini mulai mengantuk. Hingga mengantukpun
Rena masih memandangi bunga kapas itu. Otaknya terus berpikir, “ Apa dia
mengenalku? Apa dia mengikutiku? Aku jadi memikirkannya kan... “ dan kemudian
tertidur dengan posisi duduknya.
--
Pagi ini Rena bangun
amat pagi, tidur tidak diposisi nyaman membuatnya terbangun lebih cepat. Zia
bahkan masih mendengkur disebelahnya. Karena pagi ini dia akan pergi hingga
sore, Rena tidak ingin Zia kelaparan. Ia menyiapkan banyak makanan untuk
mengisi perut temannya itu hingga sore, agar Zia tidak menelponnya hanya untuk
bertanya kapan ia pulang karena Zia kelaparan. Sahabat Rena memang sedikit
rewel, tapi dia sangat baik hati.
Jarak kampus dan
rumahnya tidak terlalu jauh, hanya perlu menaiki bus dan melewati dua halte
untuk berada tepat di depan gang kampusnya. Mudah, bahkan biasanya Rena memilih
berjalan kaki untuk kuliah. Hanya olahraga ini yang dilakukannya. Tiba di aula,
Rena disambut dengan suara teriakan Ana. Ana teman kelasnya yang begitu ceria,
tiada hari tanpa tawanya mengisi kelas. Ana menggiring Rena ke depan dan
melihat pameran jurusannya. Rena tidak berkontribusi apapun dalam acara tahunan
fakultasnya ini, jadi akan lebih baik untuk bisa hadir untuk meramaikannya
saja.
Banyak lukisan di
hadapannya kini, Rena tersenyum. “ Ternyata banyak yang bisa melukis di
fakultas ini, bagus. ” tapi sebentar, ada yang aneh. “ Bukankah itu gambar
abstrak di bunga kemarin? “
Komentar
Posting Komentar