Mengapa Juni? | 1st Episode

Why June?


Mengapa Juni? | 1st
Musim panas hari ini berbeda, gelap. Hujan terus turun sejak fajar pun belum sempat hadir, ia harus berbagi hari dengan mendung kali ini. Rena hanya duduk di ujung sofa menanti matahari mengalahkan si gelap. Hari-harinya terasa aneh sejak juni datang, tak ada yang berubah hanya terasa sedikit- kurang.
------------------------------

Keseharian Rena jauh dari kata ramai, selain kampus tak ada tempat ramai yang ia kunjungi. Saat jenuh, Rena hanya berjalan sendiri menyusuri taman, mendaki bukit, melewati jalanan ramai pun Rena sendiri. Anti sosial? Tidak, Rena hanya begitu menikmati waktu sendirinya. Rena memiliki banyak teman, dia anak yang ramah dan hangat. Walaupun memang tidak semua orang akan dengan mudah dekat dengannya, karena dia tak banyak bicara. Ada pengecualian untuk Zia, teman sejak sekolah menengahnya.

Zia terlahir dari keluarga yang begitu peduli dengan akademis, Papa dan Mama nya memiliki Yayasan dalam bidang akademis. Keluarga yang aktif di bidang sosial, rumahnya tidak jauh dari rumah keluarga Rena. Dari sanalah mereka dekat dan Rena membuka diri. Zia anak yang selalu berbicara apa adanya kadang spontanitasnya membuat Rena tertawa geli, begitu lucu bagi Rena yang Zia anggap itu aneh “ darimana lucunya? ”, pikir Zia. Periang, dia mudah bicara dengan siapa saja tanpa gugup begitu berbeda dengan Rena bukan? Mereka saling melengkapi.

Pertemanan keduanya berjalan baik dan positif, mereka sering mendiskusikan hal-hal sepele hingga terlalu tinggi untuk di diskusikan anak seusianya. Satu-satunya persamaan mereka adalah tingkat kecuek-an nya, mereka tidak pernah membahas apapun yang tidak penting bagi mereka, tidak akan membangun masa depan mereka. Itulah kenapa mereka begitu cocok satu sama lain, Rena dan Zia terlahir untuk melengkapi dan melindungi. Mengambil jurusan kuliah yang berbeda bukanlah penghalang bagi keduanya, intensitas pertemuan mereka tak berkurang. Seminggu tiga kali? Mereka menjadwalkannya.

---
Musim dingin akan berakhir, ini berarti bahwa Rena sebentar lagi bisa membuka jendelanya. Dia begitu merindukan kehangatan yang melewati benda persegi panjang itu angin, gesekan daun, kicauan burung, kilauan mentari dan titik-titik air yang begitu sempurna bersandar di kacanya. Semuanya menyenangkan bagi si introvert Rena.

Pagi ini udara masih menusuk tulang, rencana untuk pergi ke toko bunga harus Rena urungkan. Terlalu berbahaya untuk Rena keluar rumah, alerginya bisa kambuh dan tak ada yang bersamanya sekarang. Jauh dari keluarganya membuat Rena harus berhati-hati menjaga alerginya, dia hanya akan pergi jika hari mulai hangat. Sedikit hangat.

Tak lama berselang setelah Rena membuat sarapan protein sederhana dengan teh favoritnya bel rumah berbunyi. Rena merasa tidak ada janji hari ini, siapa yang datang di pagi yang sangat dingin seperti ini? Menjangkau pagar kayu pendek itu, Rena perlu berjalan lima belas meter dari pintu rumahnya. Rumah mungil berwarna putih gading ini memiliki halaman yang cukup luas. Ada beberapa gerombolan bunga dan pohon yang menghiasinya. Bermodal sweater rajut tebal buatan Ibunya, Rena sedikit berlari menemui pagar. Tak ada siapa-siapa disana, tapi Rena yakin ada yang menekan belnya. Menyadari ada sesuatu tergeletak, dengan cepat Rena mengalihkan pandangannya. Bunga, kumpulan bunga baby breath dan bunga kapas itu menarik mata Rena, siapa yang menjatuhkannya? Apa aku harus mengeceknya? Tak ada nama, hanya karikatur kecil wajah wanita. “ Aku? Apa ini aku? Untuk ku? Dari siapa? “ pikir Rena, matanya terus menyisir mencari ‘pemilik’nya.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengapa Juni? | 2nd Episode

Sabit tipis..